1.
Problem Based Learning
(PBL)
Problem Based Learning (PBL)
merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan
suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan–pertanyaan, memfasilitasi
penyelidikan, dan membuka dialog. Permasalahan yang dikaji hendaknya
permasalahan kontekstual yang ditemukan oleh siswa dalam kehidupan sehari–hari.
Sebuah permasalahan pada umumnya diselesaikan dalam beberapa kali pertemuan
karena merupakan permasalahan multikonsep dan multidisiplin ilmu, (Ridwan
Abdullah Sani, 2014: 127-128). Adapun
dalam metode Problem Based Learning (PBL)
masalahnya cenderung bebas, dalam arti tidak selalu berkenaan langsung dengan
Kompetensi Dasar (KD), melainkan lebih terbuka sebagai bentuk pendalaman pada
materi pokok. Akan tetapi, masalah tersebut memiliki relevansi dengan
Kompetensi Dasar (KD) sehingga alokasi waktunya tidak menggangu pembelajaran
secara keseluruhan. Adapun tujuan dari Problem
Based Learning (PBL) bukan pada penguasaan pengetahuan siswa yang
seluas–luasnya. Akan tetapi dengan metode pembelajaran seperti itu siswa
memiliki kemampuan berfikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah serta
mengembangkan kemampuan siswa untuk aktif membangun pengetahuan sendiri,
(E.Kosasih, 2014:88-89). Hasil berfikir kritis siswa akan terlihat dari kemauan
siswa untuk mengajukan pertanyaan–pertanyaan. Adapun langkah langkah
pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
sebagai berikut :
Tabel 7.1 langkah – langkah pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
No
|
Langkah
– langkah
|
Aktivitas
Guru dan Siswa
|
1
|
Mengamati, mengorientasikan
siswa terhadap masalah
|
Guru
meminta siswa untuk melakuakn kegiatan pengamatan terhadap fenomena tertentu
terkait dengan KD yang akan dikembangkanya
|
2
|
Menanya, memunculkan
permasalahan
|
Guru
mendorong siswa untuk merumuskan masalah yang berkaitan dengan fenomena yang diamatinya.
Masalah itu dirumuskan berupa pertanyaan yang bersifat problematis.
|
3
|
Menalar, mengumpulkan data
|
Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi (data) dalam rangka
menyelesaikan maslah, baik secara individu maupun kelompok, dengan membaca berbagai
refrensi, pengamatan lapangan, wawancara dan sebagainya
|
4
|
Mengasosiasikan, merumuskan jawaban
|
Guru
meminta siswa untuk melakukan analisis data dan merumuskan masalah terkait
dengan masalah yang siswa ajukan sebelumnya.
|
5
|
Mengomunikasikan
|
Guru
memfasilitasi siswa untuk mempersentasikan jawaban atas permasalahan yang
diajukan sebelumnya, guru membantu siswa melakukan refleksi dan evaluasi
terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan.
|
Sumber: (E.Kosasih, 2014:91)
Dalam
Sugiyanto (2010:130), Jhon Dewey mengatakan bahwa pembelajaran disekolah
seharusnya purposeful (memiliki
maksud yang jelas) dan tidak abstrak serta dapat diselesaikan dengan
sebaik-baiknya dengan memerintahkan siwa dalam kelompok–kelompok kecil untuk
memecahkan masalah yang diminati dan dipilih sendiri oleh siswa.
2.
Discovery Learning
Para
ahli sering membedakan antara Discovery
Learning dengan inquiry learning.
Johnson (dalam Supriyono, 2011) menyebutkan bahwa Discovery Learning terdapat pengalaman yang disebut experience atau menemukan sesuatu dalam
proses penyelidikan yang dilakukan oleh siswa. Sund (dalam Suryosubroto,
2009:179) mengungkapkan bahwa Discovery
adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu
prinsip. Proses mental tersebut misalnya; mengamati, menggolong–golongkan,
membuat dugaan menjelaskan, mengukur dan membuat kesimpulan. Suryosubroto,
(2009:192) sendiri menyatakan penemuan adalah suatu proses belajar mengajar
dimana guru memperkenalkan siswa menemukan sendiri informasi, (Ahmad Yani,
2014:132).
Pembelajaran
Discovery merupakan bagian dari
kerangka saintifik. Siswa tidak hanya disodori sejumlah teori (pendekatan
deduktif), tetapi siswa berhadapan dengan sejumlah fakta (pendekatan induktif).
Dari teori dan fakta siswa diharapkan dapat merumuskan sejumlah penemuan. Bentuk
penemuan yang dimaksud tidak selalu identik dengan suatu teori ataupun benda
seperti yang dilakukan oleh ilmuan dalam pengertian yang sebenarnya. Penemuan
yang dimaksud berartipula sesuatu yang sederhana, namun memiliki makna dengan
kehidupan siswa itu sendiri, (E.Kosasih, 2014:83-84). Menurut Westwood (2008)
(dalam Ridwan Abdullah Sani, 2014:98), pembelajaran dengan metode Discovery akan efektif jika terjadi
hal–hal berikut:
(1) proses
belajar dibuat secara terseteruktur dengan hati – hati.
(2) siswa
memiliki pengetahuan dan keterampilan awal utuk belajar.
(3) Guru
memberikan dukungan yangg dibutuhkan siwa unntuk melakukan penyelidikan
Pembelajaran
Discovery yang menekankan pentingnya
membantu siswa untuk memahami struktur atau ide – ide kunci suatu disiplin
ilmu, kebutuhan akan keaktifan siswa dalam proses belajar, dan keyakinan
pembelajaran sejati terjadi melalui personal Discovery. Tujuan pembelajaran bukan untuk memperbesar dasar
pengetahuan siswa tetapi juga untuk menciptakan berbagai kemungkinan untuk invention (penciptaan) dan Discovery (penemuuan).
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran Discovery hampir mirip dengan pembelajaran yang mengikuti proses
penelitian para ilmuan. Lebih jelasnya akan dipaparkan dibawah ini:
1.
Modeling atau
stimuulasi yaitu siswa diberikan arahan untuk membaca atau menyaksikan atau
mendengarkan suatu uraian yang mengandung permasalahan yang akan dipecahkan.
2.
Merumuskan
masalah (problem statement), yaitu siswa diberikan kesempatan untuk
mengidentifikasi masalah yang berkaitan dalam tayangan atau bahan bacaan. Dari
masalah tersebut siswa diminta untuk mengajukan hipotesis sebagai jawaban
sementara atas masalah yang telah diajukanya.
3.
Mengumpulkan
data yaitu siswa diajak untuk mengumpulkan berbagai informasi dan data yang
relevan.
4.
Menganalisis
data yaitu siswa diarahkan untuk mampu mengolah data seperti mengecek,
mengklasifikasikan, mentabulasikan dan menafsirkan data.
5.
Memverifikasi data
yaitu siswa diberikan arahan untuk mengecek hipotesis yang telah dibuat diawal
kegiatan apakah hipotesis yang diajukan terbukti atau tidak terbukti
berdasarkan pengolahan data dan tafsiran data atau informasi.
6.
Melakukan
generalisai yaitu siswa diarahkan untuk belajar untuk menarik kesimpulan
berdasarkan hasil analisis dan verifikasi data. (Ahmad Yani, 2014:134-135).